Teknologi – Odysseus, robot pendarat yang dibuat oleh perusahaan Intuitive Machines, sukses mendarat di dekat kutub selatan Bulan pada Kamis tanggal 22 Februari malam CST. Pendaratan ini, dikutip dari Space, dinilai membuat setidaknya dua catatan. Pertama, jadi yang pertama kali buat pesawat ruang angkasa swasta mendarat di Bulan. Kedua, juga yang pertama kali buat AS kembali mendarat di Bulan setelah terakhir kali misi Apollo 17 melakukannya pada Desember 1972 alias 52 tahun lalu.
“Sungguh suatu kemenangan! Odysseus telah berhasil mencapai bulan,” kata Direktur NASA Bill Nelson dalam pesan video.
“Prestasi ini merupakan lompatan besar bagi seluruh umat manusia. Ikuti terus!”
Bulan sering menjadi sasaran pesawat luar angkasa Amerika pada 1960-an dan awal 1970-an. Dorongan ini tidak sekadar karena keingintahuan ilmiah. Mendaratkan astronaut di Bulan dipandang sebagai keharusan keamanan nasional, yang adalah sebuah cara untuk menunjukkan keunggulan teknologi atas saingan negara tersebut pada Perang Dingin, Uni Soviet.
AS sudah menempatkan 12 astronaut di permukaan Bulan dalam enam misi Apollo dari 1969 hingga 1972. Dengan kemenangan dalam perlombaan ke bulan atas Uni Soviet, NASA diarahkan untuk fokus pada tujuan lain untuk program penerbangan luar angkasa manusia, terutama pengembangan dan pengoperasian program pesawat ulang-alik. AS kemudian meluncurkan sejumlah robot penjelajah bulan setelah era Apollo. Misalnya, Lunar Reconnaissance Orbiter milik NASA yang bermata tajam yang mengelilingi bulan sejak 2009.
Namun, meskipun ada beberapa insiden, kembali ke permukaan Bulan bukan jadi prioritas, setidaknya sampai saat ini. Pada Desember 2017, Presiden AS saat itu Donald Trump memerintahkan NASA untuk mengembalikan astronaut ke Bulan dalam waktu dekat. Arahan ini memunculkan program luas dan ambisius yang disebut Artemis, yang bertujuan untuk membangun kehadiran manusia dalam jangka panjang dan berkelanjutan di dan sekitar Bulan pada akhir 2020-an. Misi ke Bulan ini bakal jadi pijakan untuk mengirim astronaut ke Mars pada akhir 2030-an atau awal 2040-an.
NASA berencana mendirikan satu atau lebih pangkalan Artemis di wilayah kutub selatan Bulan, yang diperkirakan punya banyak air dalam bentuk es. Namun, sebelum mengirim astronaut ke sana, NASA ingin mengumpulkan lebih banyak data tentang wilayah yang jarang dijelajahi ini. Misalnya, untuk membantu menentukan berapa banyak air yang dikandungnya dan seberapa mudah akses terhadap sumber daya penting ini. Lembaga ini pun membuat program lain yang disebut CLPS (Layanan Muatan Bulan Komersial) yang memesan wahana untuk instrumen sains FOR4D lembaga pada robot pendarat Bulan yang dibuat oleh perusahaan-perusahaan Amerika.
“Tujuannya di sini adalah agar kita menyelidiki bulan sebagai persiapan menuju [misi] Artemis, dan benar-benar melakukan bisnis yang berbeda untuk NASA,” kata Sue Lederer, ilmuwan proyek CLPS di Johnson Space Center di Houston, dalam konferensi pers pada 12 Februari.
“Salah satu tujuan utama kami adalah memastikan bahwa kami mengembangkan perekonomian Bulan.”
Dan di sinilah Intuitive Machines berperan.