Jakarta, – Tahun ini menjadi masa yang penuh tantangan bagi perekonomian Indonesia. Berbagai tekanan datang menghantam, baik dari dalam negeri maupun dinamika politik global. Tekanan domestik terutama berasal dari berbagai sektor ekonomi penting yang menjadi pilar pertumbuhan nasional.
Sektor industri manufaktur, yang selama ini menjadi tulang punggung perekonomian, mengalami anjloknya permintaan baru dan merosotnya produksi yang signifikan. Hal ini terlihat dari nilai PMI (Purchasing Managers’ Index) September 2024 sebesar 49,2 yang menandakan berada di fase kontraksi. Banyaknya pabrik besar yang tutup membuat jumlah pemutusan hubungan kerja (PHK) di Indonesia hingga September 2024 sudah mencapai 52.993 orang.
Kondisi tersebut semakin diperparah oleh melemahnya sektor konsumsi rumah tangga, yang ditandai dengan penurunan jumlah kelas menengah dari 57,33 juta jiwa pada tahun 2019 menjadi 47,85 juta jiwa pada tahun 2024. Daya beli yang terus merosot hingga menyebabkan deflasi selama tiga bulan berturut-turut membuat lesunya sektor ritel domestik.
Di sisi lain, sektor penerimaan negara juga menghadapi defisit yang cukup dalam akibat penurunan pendapatan perpajakan. Hingga 31 Agustus 2024, penerimaan pajak terkontraksi 4,04% (yoy).
Pendapatan yang melemah ini menjadi tantangan besar bagi pemerintah, terutama karena kebutuhan pembiayaan dari luar negeri juga masih sulit didapatkan akibat kondisi ekonomi global yang tidak stabil.
Bukan hanya itu, tekanan dari luar negeri juga semakin ‘memperkeruh’ situasi ekonomi Indonesia. Konstelasi politik global yang masih sarat ketidakpastian, perlambatan ekonomi di China menciptakan lingkungan yang menantang bagi ekonomi Indonesia. Selain itu, pelemahan pertumbuhan ekonomi Eropa turut memberi dampak negatif yang terasa hingga dalam negeri.
Ketidakpastian global bukan hanya menghambat perekonomian, melainkan juga investasi dan perdagangan internasional. Untuk itu, kehadiran pemerintahan baru di Indonesia pada 2024 membawa harapan baru bagi perbaikan dan penguatan ekonomi domestik. Komitmen untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi yang tinggi, yaitu sebesar 8% dan meningkatkan rasio penerimaan perpajakan terhadap PDB menjadi 23% seperti menjadi angin segar bagi perekonomian tanah air.
Peralihan pemerintahan ini memberikan peluang signifikan bagi Indonesia untuk melanjutkan agenda pembangunan berkelanjutan, sekaligus mengatasi tantangan domestik dan global yang semakin kompleks. Diperlukan strategi kebijakan yang inovatif dan terintegrasi untuk memastikan tercapainya pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, peningkatan kesejahteraan masyarakat, serta pengelolaan sumber daya yang lebih efisien di masa mendatang.
Dengan kebijakan yang tepat dan berfokus pada perbaikan sektor-sektor krusial, pemerintahan baru diharapkan dapat membawa Indonesia menuju kemajuan yang lebih baik, stabilitas ekonomi yang kokoh, dan kesejahteraan merata bagi seluruh rakyat. Oleh karena itu, INDEF berupaya menyediakan wadah untuk menampung sumbang saran dari para ekonom untuk pemerintahan baru melalui acara Sarasehan 100 Ekonom Indonesia yang akan difokuskan pada empat klaster prioritas yang meliputi harmonisasi kebijakan fiskal dan moneter, pembangunan ekonomi berkelanjutan, akselerasi industri dan UMKM, serta penguatan sumber daya manusia.
Melihat hal itu, CNBC Indonesia bersama dengan INDEF akan menggelar Sarasehan 100 Ekonom 2024 di Ballroom Hotel Aryaduta Menteng, pukul 09.00-15.30 WIB pada Selasa, 3 Desember 2024.
Mengusung Tema “Estafet Kepemimpinan Baru Menuju Akselerasi Ekonomi”, forum ini akan dibuka dengan Keynote Speech oleh Kemenko Ekonomi dengan tema “Arah Kebijakan dan Strategi Membangun Ekonomi Menuju Indonesia yang Berkelanjutan”.
Sarasehan 100 Ekonom Indonesia bertujuan untuk memberikan sumbangsih pemikiran, Ide, dan gagasan terbaru yang disampaikan oleh para ekonom kepada pemerintah baru sebagai strategi atas perbaikan kondisi perekonomian saat ini dan yang akan datang.
Forum ini akan menjadi wadah urun rembuk untuk menerima rumusan masukan dan pemikiran dari para ekonom Indonesia yang dapat memperkuat kebijakan dalam mengakselerasi ekonomi Indonesia. Selain itu, acara ini menghasilkan buku berisi sumbangsih pemikiran 100 Ekonom Indonesia yang akan diserahkan secara langsung kepada Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto.