Jakarta,- Terpilihnya kembali Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat (AS) rupanya akan berimbas besar pada sektor industri Indonesia. Hal ini disampaikan oleh Direktur Eksekutif Center of Economic Reform (CORE) Indonesia Mohammad Faisal.
Faisal mengatakan era kepemimpinan Trump akan memiliki perbedaan yang sangat signifikan dengan Presiden AS Joe Biden, terutama dari sisi nilai ekspor-impor serta pertumbuhan perdagangan global.
“Perdagangan internasional dan ekspor-impor di masa Biden jauh lebih bergairah, walaupun pada masa Biden ada Covid-19, tapi tetap lebih tinggi dibandingkan dengan masa Trump,” kata Faisal dalam acara Outlook Sektor Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil Tahun 2025 oleh Kementerian Perindustrian (Kemenperin) di Yogyakarta, Selasa (17/12/2024).
Faisal memaparkan perbedaan siginifikan antara Trump dan Biden terdapat pada kebijakannya. Ia mengatakan, Trump lebih condong mendorong industri domestik, investasi kemudian didorong masuk dengan pajak, pemangkasan pajak operasi, serta menaikkan tarif impor untuk semua barang dari berbagai negara.
Tak hanya itu, Trump juga diprediksi akan melancarkan beberapa regulasi, termasuk efisiensi dalam anggaran-anggaran pemerintah. Hal ini sendiri, kata Faisal, akan berefek ke banyak hal, termasuk nilai tukar dan ke sektor industri.
“Khusus tekstil, yang perlu kita perhatikan juga adalah dampak dari kebijakan Trump. Itu bukan hanya hambatan kita untuk ekspor, tapi ketika China dijadikan sasaran utama untuk tidak boleh masuk atau dihalangi untuk masuk ke pasar Amerika, maka dia akan mencari pasar alternatif,” jelas Faisal.
“Saat kondisi sekarang sudah oversupply, China harus menyalurkan itu barang-barang. Kalau tidak Amerika, China akan cari negara lain yang punya pasarnya besar dan tempatan perkembangannya kecil, salah satunya adalah Indonesia.”
Menurut data CORE Indonesia, pertumbuhan impor Indonesia berdasarkan negara tujuan, salah satu yang tinggi impornya adalah dari China sebesar 8,4%. Khusus tekstil dan produk tekstil, pertumbuhan impor mencapai 12,5% China. Angka ini tercatat meski ekspor RI ke China minus 2,8%.