Kesan dan Pesan Menyentuh di Malam Tahlilan Ibrahim Sjarief Assegaf

Suasana haru dan penuh khidmat masih menyelimuti kediaman keluarga besar almarhum Ibrahim Sjarief Assegaf dalam rangkaian tahlil dan doa bersama yang kembali digelar pada Jumat (23/5/2025) malam. Acara ini menjadi momen lanjutan dari tahlil sebelumnya yang dilaksanakan sejak Rabu (21/5/2025) malam.

Pada malam tahlilan hari ketiga tersebut, doa dipimpin langsung oleh Habib Husein Assegaf, sementara para santri dari Pusat Studi Al-Quran (PSQ) memimpin pembacaan surah Yasin dengan lantunan yang menyentuh hati para hadirin. Acara ini bukan hanya menjadi sarana mendoakan almarhum, tetapi juga menjadi ajang mengenang kepribadian beliau yang begitu bersahaja dan menginspirasi banyak pihak.

Salah satu momen yang menyentuh datang dari adik almarhum, Rifqi Sjarief Assegaf yang turut menyampaikan kesan mengenai sosok kakaknya. Dia mengungkapkan kekagumannya terhadap kepribadian Ibrahim yang dikenal rendah hati, suka menolong, dan menjauhi ghibah (menggunjing).

“Kalau kita lagi tergoda ngomongin orang, dia selalu bilang ‘nggak usah ngomongin orang lain’,” kenang Rifqi.

Setelah kepergian sang kakak, dirinya justru banyak mendapat cerita dan testimoni dari sahabat-sahabat almarhum baik yang dikenalnya maupun tidak, yang membagikan kisah-kisah kebaikan Ibrahim semasa hidupnya. “Saya baru tahu sisi-sisi lain dari kakak yang tidak saya ketahui sebelumnya,” ungkapnya.

Kenangan yang paling membekas baginya adalah sikap almarhum terhadap orang tua. Menurutnya, sang kakak telah memaksimalkan baktinya sebelum berpulang. Sikap ini menjadi teladan bagi dirinya dan keluarga.

“Waktu itu saya bilang, ‘kamu hebat banget perhatian ke ibu’. Dia jawabnya serius, ‘jangan sampai kita menyesal, selama kita masih bisa’,” tuturnya.

Usai sambutan keluarga, Ustaz Ali Hasan Al-Bahar turut menyampaikan tausiyah terutama bagi tamu undangn yang hadir. Dalam ceramahnya, dia mengingatkan bahwa kematian bukanlah akhir, melainkan awal dari perjalanan menuju pertemuan dengan Sang Pencipta.

“Jangan kasihan pada yang telah meninggal dunia karena mereka telah melihat malaikat maut, telah melewati sakratul maut, dan telah selamat dari su’ul khatimah. Yang lebih pantas dikasihani adalah kita yang masih hidup,” ungkapnya yang mengutip riwayat dari Imam Ibrahim Az-Zayyat.

Menurutnya, banyak dari kita memiliki pandangan keliru tentang kematian dan malaikat maut. Bayangan kita tentang malaikat maut selalu menakutkan. Padahal dalam Al-Qur’an menyebutkan para malaikat akan datang dengan wajah yang lembut dan menyampaikan kabar gembira kepada orang yang istiqomah.

“Kematian adalah jembatan untuk bertemu dengan Allah SWT. Orang-orang yang telah berpulang akan disambut oleh arwah yang telah mendahuluinya, seperti keluarga yang menanti di bandara,” ujarnya mengibaratkan.

Tausiyah tersebut tidak hanya menguatkan keluarga yang ditinggalkan, tetapi juga mengajak para hadirin untuk merenung dan mempersiapkan diri. Acara malam itu pun ditutup dengan doa bersama yang dipanjatkan untuk almarhum Ibrahim. Para tamu dan kerabat yang hadir larut dalam suasana hening, mendoakan agar almarhum mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah SWT dan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan serta kekuatan iman.

Sebagai informasi, almarhum Ibrahim kerap mendukung kemajuan-kemajuan dalam industri hukum seperti mendirikan Hukumonline bersama rekan-rekannya. Serta, membantu dalam pengelolaan Pusat Studi Hukum dan Kebijakan (PSHK). Dirinya pun dikenang para rekannya sebagai praktisi, akademisi, dan aktivis yang sangat berdedikasi dan berintegritas. Terakhir, ia menjabat sebagai Managing Partner Assegaf Hamzah & Partners, sebuah kantor hukum terkemuka di Indonesia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *