Semasa hidupnya berkiprah di dunia praktik hukum, akademik hukum, sekaligus aktivis pembaruan hukum dan peradilan.
Kematian kerap mengungkap kebenaran tentang almarhum dari perbincangan para pelayat sejak hari pemakaman. Tidak terkecuali pada sosok Baim—begitu Ibrahim Sjarief Assegaf akrab disapa—yang berpulang di usia 54 tahun, Selasa 20 Mei 2025 lalu, di siang hari terik. Esok paginya seantero Jakarta diguyur hujan lebat saat Baim dimakamkan, diantarkan ke peristirahatan terakhirnya oleh banyak pelayat, silih berganti.
Sampai hari ketiga pembacaan Yasin dan tahlil semalam, pemberitaan nasional masih ramai membicarakan sosok Baim yang pergi mendadak, jatuh sakit hingga akhirnya wafat begitu cepat. Pelayat dan mereka yang ikut berduka terdengar membicarakan kenangan bersama Baim. Ada yang meramaikan bisik-bisik di sela tahlilan, ada yang berbagi cerita di depan ramai khalayak media sosial. Deretan karangan bunga ucapan duka masih memenuhi rumah keluarganya di bilangan Jeruk Purut. Salah satunya dari Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto.
Siapa sebenarnya Baim? Banyak berita duka membersamai Najwa Shihab, istri Baim, sosok selebritis dari kalangan jurnalis dan aktivis tanah air. Ada juga yang berduka bersama Profesor Quraish Shihab, ayah mertua Baim, sosok ulama mufasir besar abad 21 yang dimiliki Indonesia. Ada yang berduka bersama Laksamana Muda TNI (Purn.) Husein Ibrahim Assegaf, ayah kandung Baim, patriot yang telah mengabdikan hampir seluruh hidupnya di garis depan pertahanan Indonesia.
Lainnya berduka bersama kantor hukum terbesar Indonesia, Assegaf Hamzah & Partners (AHP), tempat Baim mencapai puncak karier corporate lawyer hingga didapuk sebagai Managing Partner. Hukumonline sendiri berduka mengenangnya sebagai sosok co-founder sekaligus Direktur perintis. Baim yang bertanggung jawab membuat Hukumonline mampu mengambil langkah besar setelah merangkak perlahan.
Namun, sebenarnya Indonesia harus berduka atas sosok Baim yang lebih dari semua atribut tadi. Indonesia kita sedang kehilangan satu lagi suluh reformasi hukum dan peradilan.
Mengawal reformasi
“Baim adalah sedikit orang yang berkiprah di dunia korporat tapi punya keberpihakan khusus pada pembaruan hukum di Indonesia. Keberpihakannya jelas,” kata Wiwiek Awiati, Koordinator Tim Asistensi Pembaruan Peradilan (Judicial Reform Team Office/JRTO) periode 2004 – 2010.
Dosen Fakultas Hukum Universitas Indonesia ini mengaku kenal Baim sejak masih menjadi mahasiswanya di tahun 90-an. Wiwiek tidak menduga kelak akan bekerja bersama Baim untuk misi reformasi peradilan ketika JRTO dibentuk. Mereka direkrut oleh Abdul Rahman Saleh yang menjabat Hakim Agung kala itu. “Kami hanya berdua saat itu, bekerja di kantor tanpa jendela,” Wiwiek mengenang.
Rifqi Sjarief Assegaf, Program Director of Justice, Anti-Corruption, and Human Rights KEMITRAAN—adik kandung Baim—mengonfirmasi hal yang senada dengan Wiwiek. “Dia mencintai lawyering, tapi dia ingin terus terlibat dalam kontribusi sosial,” kata Rifqi.
Baim tercatat merintis karier corporate lawyer di Hadiputranto, Hadinoto, & Partners (HHP Law Firm) segera setelah lulus sarjana hukum di tahun 1997. Tidak ada yang menduga setelah era reformasi Indonesia, memasuki milenium baru tahun 2000, Baim meninggalkan dunia lawyering. Ia memenuhi panggilan keberpihakan pada reformasi hukum di Indonesia.
“Saya sering ajak Baim sebagai talenta bagus untuk bergabung di kantor LGS (Lubis Ganie Surowidjojo, kantor lama Fikri—red.). Dia tolak karena masih nyaman di HHP. Ternyata suatu hari dia bilang bersedia bantu saya, tapi untuk mengelola Hukumonline dan PSHK (Pusat Studi Hukum dan Kebijakan—red.). Wah ini sudah seperti perintah kalau orang seperti Baim mengajukan diri,” kata Ahmad Fikri Assegaf, co-founder AHP, PSHK, dan grup Hukumonline.
PSHK didirikan tahun 1998 juga dengan keterlibatan Baim, meski bukan sebagai pengurus. Tahun 1999 Baim pun ikut merintis pendirian Lembaga Kajian dan Advokasi untuk Independensi Peradilan (LeIP). Dua organisasi masyarakat sipil itu mendapat dukungan Baim sejak masih menjalani karier penuh waktu sebagai Associate di HHP.
Binziad ‘Dafi’ Kadafi, Komisioner Komisi Yudisial mengonfirmasi pilihan “aneh” ini. Alih-alih berpindah kantor dari HHP ke LGS yang sama-sama top tier law firm, Baim malih banting setir ke dunia civil society organization (CSO). “Saya bertemu kembali dengan Baim di PSHK, ketika dia yang sudah jadi lawyer korporasi cemerlang, memilih jadi Direktur Eksekutif CSO yang saya adalah penelitinya,” kata Dafi dalam unggahannya di media sosial. Ia mengakui Baim kerap terlibat dalam berbagai inisiatif reformasi hukum dan demokrasi Indonesia meski kadang hanya dari jauh.
Dafi (paling kanan) duduk lesehan bersama Baim (tengah berkaos merah) dan Arief T. Surowidjojo (co-founder PSHK, Hukumonline, LGS, dan Surowidjojo & Co.). Foto: dokumentasi pribadi Binziad Kadafi
“Kalau dia melihat tidak diperlukan terlibat langsung melakukan sesuatu, ya sudah dia akan merasa cukup,” kata Kamal Fikri Assegaf sebagai sesama Partner AHP. Ringkasnya, Baim hanya melibatkan diri saat merasa kehadirannya memang diperlukan. Selebihnya Baim tidak suka ikut campur. Seperti kata Dafi, ada kalanya dari jauh pun sudah cukup ikut membantu reformasi hukum di Indonesia. Begitu ia melihat keterlibatannya diperlukan, barulah Baim tancap gas fokus membantu seperti saat meninggalkan HHP untuk memimpin PSHK dan Hukumonline.
Prinsip ini juga yang terus dikenang Wiwiek saat Baim pamitan dari duet mereka di JRTO. “Dia bilang harus kembali fokus dulu mengembangkan Hukumonline dan PSHK, jadi mundur dari JRTO,” ujar Wiwiek mengenang ucapan Baim. Hanya sebentar mereka berduet di tim kecil JRTO itu.
Praktisi, akademisi, aktivis
“Hukumonline tidak akan menjadi seperti sekarang kalau bukan karena Baim. Dia perancang produk paid content Hukumonline yang sukses membawa revenue, bahkan dia awalnya ikut membuat sendiri produk itu,” kata Fikri mengenang warisan berharga Baim di grup Hukumonline. Konten berlangganan yang dimaksud adalah Indonesian Law Digest (ILD) dan Indonesian Legal Brief (ILB). Keduanya adalah laporan analisis perkembangan hukum, termasuk ulasan kasus terkini, yang berdampak signifikan pada sektor bisnis. Laporan disajikan dalam dwi bahasa (Indonesia dan Inggris) dan dikirimkan langsung ke alamat e-mail pelanggan.
“Baim itu man of substance, bukan hanya bisa menyiapkan gagasan besarnya tapi juga mengeksekusinya secara teknis,” kata Fikri. Ia mengakui Hukumonline yang ia bentuk bersama para co-founder sempat menemui jalan buntu untuk mendapatkan profit. Sosok yang berhasil membuka jalan keluar saat itu adalah Baim. Tanpa solusi Baim, Hukumonline terancam gulung tikar. “Dia selalu tidak terima kalau disebut Hukumonline berhasil maju karena dirinya. Buat dia itu hasil kerja bersama,” Fikri menambahkan.
Sosok Baim yang demikian bukan hadir dalam sekejap. Wisaksono ‘Nongki’ Soegandhi, Chief Operating Officer (COO) of Dentons HPRP dan Laode Muhammad Syarif, Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi 2015-2019 sama-sama mengenang sosok Baim yang ikut membesarkan ALSA (Asian Law Students Association). ALSA belum lama berdiri di Indonesia saat Baim mulai menjadi mahasiswa hukum tahun 1991. Ia salah satu anggota yang ikut membesarkannya.
“Punya kenangan banyak bersama Baim, ikut menjadi panitia ASEAN Law Students di Kuala Lumpur,” kata Nongki dalam unggahannya di media sosial. Laode Muhammad Syarif juga menyebut Baim dalam unggahan di media sosialnya, “Bagi yang kurang mengenal almarhum, Mas Baim ikut membesarkan ALSA, ikut mendirikan dan membesarkan PSHK, ikut mendirikan dan membesarkan Hukumonline, ikut membesarkan STIH Jentera, ikut membesarkan divisi jasa konsultan ICEL, ikut membesarkan AHP”.