Teknologi – Kecerdasan buatan atau AI dinilai mengancam pekerjaan manusia, misalnya kasir dan pengemudi. Nah menurut seorang eksekutif keuangan senior Wall Street, hal itu berpotensi menyebabkan keresahan sosial yang meluas. Armen Panossian, salah satu CEO Oaktree Capital Management menilai AI menimbulkan risiko terbesar karena meskipun jelas memiliki potensi untuk keuntungan ekonomi sangat besar, juga akan memiliki dampak sosial.
“Jutaan orang bisa kehilangan pekerjaan. Jadi siapa yang akan melatih ulang orang-orang itu? Jika kita tidak menemukan solusinya, mungkin akan ada keresahan sosial,” cetus Panossian.
Menurutnya, orang-orang yang bergantung pada pekerjaan gaji ke gaji akan mendapati diri tidak terlatih dan tidak siap untuk ekonomi baru. Pernyataannya menggemakan prediksi mengerikan dalam berbagai studi yang mengukur dampak AI pada pasar kerja masa depan. Tahun lalu, Goldman Sachs memperingatkan munculnya AI generatif dapat memengaruhi 300 juta pekerjaan penuh waktu secara global. Laporan tahun 2017 oleh McKinsey memperkirakan hingga 800 juta pekerjaan di seluruh dunia dapat diotomatisasi tahun 2030, mengakibatkan sekitar 400 juta hingga 800 juta orang perlu berganti pekerjaan atau memperoleh keterampilan baru.
“Risikonya adalah jika kita tidak melakukan apa pun untuk melatih ulang sebagian orang ini atau mempersiapkan diri menghadapi lanskap ketenagakerjaan pasca AI, kita akan menghadapi masalah kesenjangan yang semakin dalam antara mereka yang kaya dan miskin, orang kaya dan orang-orang yang hidup pas-pasan,” kata Panossian.
Dia juga memperingatkan investor yang saat ini optimis terhadap saham AI bahwa aset tersebut mungkin dinilai terlalu tinggi dan pasar dapat dipenuhi spekulasi. DIa membandingkannya dengan gelembung dot-com pada akhir tahun 1990-an dan awal tahun 2000-an.
https://www.ayuntamientodegallegosdesolmiron.org/